Budaya Lemang Culik Tapai, Perlu Dilestarikan, Ini Kata Kades Tanjung Agung!!

PENDIDIKAN550 Dilihat

Kaur | kabar19.com – Kegiatan budaya yang dilakukan empat desa di Kecamtan Tetap Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu ini, sangatlah layak untuk dipertahankan dan dilestarikan. Pasalnya ketika puasa sudah masuk malam 10 terakhir atau masuk puasa ke 21, masyarakat desa Tanjung Dalam, Kepahyang, Babat dan Tanjung Agung yang biasa juga disebut masyarkat Ulu Tetap menggelar tradisi masak lemang tapai secara serentak.

Kebiasaan memasak lemang tapai ini sudah menjadi budaya turun – menurun sejak zaman dahulu kala, ungkap Murman Ependi Ketua Badan Musyawah Desa (BPD) Desa Tanjung Agung kepada media kabar19.com Selasa (11/04/23).

banner 728200

“Dulu setiap bulan puasa biasanya masyarakat baru saja selesai panen padi, jadi sewaktu itu masyarakat ulu tetap mayoritas bermalam di sawah atau di ladang. Sehabis panen padi mereka berbondong-bondong pulang ke kampung atau ke dusun, dan biasanya tidak lama kemudian datang lah bulan Ramadhan atau bulan puasa, di sinilah kesempatan masyarkat untuk berkumpul saling becengkrama sambil memasak lemak tapai,” tuturnya

Murman menambahkan, Karena jarang berkumpul sama teman kerabat sanak saudara, maka diadakan acara memasak lemang tapai secara serentak yang sering disebut nujuh likur. Supaya makan lemang terasa lebih sedap dimakan bersama dengan Tapai,” tutupnya.

Ditempat yang sama Kepala Desa Tanjung Agung, Nopizer Masagus, sangat antusias menyambut acara nujuh likur atau yang dikenal juga dengan sebutan lemang culik tapai (bahasa daerah Kaur). Hal semacam ini
jangan sampai punah karna ini sudah merupakan tradisi turun temurun, walaupun proses pembuatan lemang membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Pembuatan lemang yang membutuhakan proses yang tidak sebentar inilah, membuat kita seamkin memiliki waktu untuk berkumpul bersama-sama sambil bersendagurau,” ujar Kepala Desa.

Dengan kebersamaan, sambung Kades suasana akan semakin meria dan akrab justru disanalaj letak keseruanya. Untuk itu saya pesankan kepada regenerasi mari kita pertahankan tradisi Nujuh Likur ini sampai akhir zaman,” tutup nya. (Dahli Botak).

banner 728200

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *